Pembocor Skandal Cambridge Analytica Gaungkan Petisi 'Robohkan' Facebook
Skandal penyalahgunaan data Facebook oleh
Cambridge Analytica masih terus berlanjut. Sejumlah pihak mulai
mengambil sikap dan terang-terangan menentang raksasa media sosial
tersebut.
Salah satunya adalah Britany Kaiser yang pernah bekerja di SCL Group,
induk perusahaan Cambridge Analytica. Kaiser sendiri termasuk sebagai
whistleblower (pembocor skandal) dari kasus penyalahgunaan tersebut.
Kini, ia membuat sebuah petisi yang ditujukan pada Facebook.
Dalam petisi tersebut, ia menuntut Facebook mengubah aturan dalam
platformnya dan memberikan akses pada pengguna untuk mengontrol data
miliknya.
Facebook media sosial Mark Zuckerberg, bersama dengan platform digital lain dan agregator
big data,
telah menghasilkan (uang) miliaran dari data kita--tapi tak bisa
menjamin keamanannya," tulis Kaiser, seperti dikutip dari situs
Change.org, Kamis (26/4/2018).
Ia menulis, Facebook sudah mengumpulkan data pengguna, mulai dari
informasi mengenai pengguna, lingkaran pertemanan, hingga cara pandang
pengguna. Lalu, data itu dipakai untuk menjual sejumlah barang pada
pengguna, mulai dari farmasi hingga kampanye politik.
"Kita baru menyadari kabar buruknya, kita adalah produk yang mereka jual. Data kita telah dibongkar tanpa sadar," tuturnya.
Karena itu, ia mengajak banyak pihak untuk menandatangani petisi yang
sedang digaungkannya. Dalam petisi itu, ia meminta Facebook memperbarui
persyaratan di platform miliknya pada 30 April 2018. Lebih lanjut ia
meminta data penting kembali diserahkan pada pengguna dan dibuat aturan
yang lebih sederhana.
Berdasarkan pantuan
Tekno Liputan6.com, sudah ada sekitar 154 ribu orang yang menandatangani petisi terhadap Facebook ini. Adapun target awal dari petisi sebanyak 200 ribu tanda tangan.
"Ini waktunya (kita) memiliki data kita sendiri. Ini merupakan hak
asasi. Kita harus mampu menentukan seperti apa data kita digunakan,"
tulisnya. Bagi kamu yang tertarik berpartisipasi dapat membuka tautan ini.
Adapun
sosok yang berada di pusaran masalah ini Aleksandr Kogan ternyata tak
merasa melakukan kesalahan. Pernyataan tersebut keluar dari mulut Kogan
dalam acara televisi 60 Minutes CBS.
"Pada saat itu, saya berpikir apa yang kami lakukan benar. Saya pikir
semuanya baik-baik saja," tutur Kogan, seperti dikutip dari Phone Arena.
Kogan melalui perusahaannya, menggunakan aplikasi bernama "This Is
Your Digital Life" untuk mengumpulkan data para pengguna Facebook.
Kemudian, data tersebut dijual kepada Cambridge Analytica senilai US$
800 ribu, tapi mengaku secara pribadi tidak mendapatkan sepeser pun
dari perusahaannya.
Dikutip dari CBS News, dijelaskan Kogan, orang-orang harus mendaftar terlebih dahulu untuk ikut dalam studi yang dilakukan melalui aplikasi tersebut.
Ketika mereka mendaftar untuk ikut dalam studi tersebut, perusahaan Kogan akan memberikan sebuah survei.
"Dan dalam survei itu, kami hanya memerlukan tombol login Facebook. Mereka akan mengklik tombol tersebut, memberikan kita otorisasi. Lalu kami mendapatkan data mereka," jelasnya.
Otorisasi yang dimaksud Kogan, yaitu untuk mengambil data tertentu
seperti lokasi, jenis kelamin, ulang tahun, Page yang disukai, termasuk
informasi serupa milik teman-teman mereka. Menurutnya, developer tidak
memerlukan izin khusus untuk melakukan tindakan semacam itu.
"Ini terlihat gila. Namun, ini adalah fitur inti
dari platform Facebook selama bertahun-tahun. Ini bukan izin khusus yang
harus Anda dapatkan. Ini hanya sesuatu yang tersedia untuk siapa pun
yang menginginkannya sebagai developer," ungkap Kogan.
Menurut Kogan, puluhan ribu developer di Facebook juga melakukan hal
seperti yang dilakukannya. Facebook, katanya, mengetahui dengan jelas
hal tersebut. "Tentu mereka tahu. Ini adalah fitur, bukan sebuah bug," katanya.
Menurut penjelasan mantan karyawan Facebook, Sandy Parakilas, fitur yang dimaksud Kogan adalah "friend permissions".
Ketika seorang pengguna memberikan izin kepada sebuah aplikasi agar
bisa mendapatkan data mereka, maka kemungkinan besar data temannya pun
akan ikut diambil.
"Cara kerjanya adalah jika Anda menggunakan sebuah aplikasi dan saya
teman Anda, aplikasi seakan mengatakan 'Hey, Lesley, kami ingin
mendapatkan data Anda untuk digunakan di dalam aplikasi ini, dan kami
juga menginginkan data teman-teman Anda'. Jika Anda mengatakan, 'Saya
akan memberikan izin,' maka aplikasi itu akan mendapatkan data milik
saya juga," tutur Parakilas.
(Dam/Isk)
source : "https://www.liputan6.com/tekno/read/3491396/pembocor-skandal-cambridge-analytica-gaungkan-petisi-robohkan-facebook?HouseAds&campaign=Facebook_Tekno_STM"