Latest Movie :
Recent Movies
View As:

Mark Zukerberg Akui Jual Data Facebook ke Pihak Ketiga

Mark Zukerberg Akui Jual Data Facebook ke Pihak Ketiga


 

Fokus, Amerika - Pimpinan Facebook, Mark Zuckerberg, menghadiri pemanggilan Kongres Amerika Serikat terkait kebocoran 87 juta data pengguna Facebook ke Firma Konsultan Cambridge Analytica. Dalam salah satu kesaksiannya, Zuckenberg mengakui bahwa data Facebook, salah satunya informasi personal pengguna dijual ke pihak ketiga seperti Cambridge Analytica.

Seperti ditayangkan Fokus Indosiar, Kamis (12/4/2018), namun Zuckerberg mengatakan pengumpulan data personal yang dilakukan Facebook masih berada dalam kontrol pengguna.
Badan legislatif AS memanggil Mark Zukerberg juga terkait dengan investigasi intervensi Rusia dalam pilpres Amerika Serikat 2016 lalu yang menggunakan media sosial.
Rate it :

Mark Zuckerberg Minta Maaf Seputar Skandal Facebook di Depan Kongres AS

Mark Zuckerberg Minta Maaf Seputar Skandal Facebook di Depan Kongres AS

 


Bos Facebook, Mark Zuckerberg, meminta maaf seputar keterlibatan sosial media yang ia kelola dalam skandal eksploitasi data Cambridge Analytica. Zuckerberg menyampaikan permintaan maaf itu dalam testimoni tertulis yang ia siapkan untuk menghadap kepada Kongres Amerika Serikat, yang menurut jadwal, akan berlangsung dua kali pada pekan ini. Demikian seperti dikutip dari media Kanada The Toronto Star (10/4/2018).

"Itu (skandal Facebook - Cambridge Analytica) adalah kesalahan saya dan saya minta maaf," kata Zuckerberg dalam testimoninya yang dirilis oleh Kongres AS awal pekan ini.
Ia dijadwalkan bertemu dengan salah satu komisi Kongres AS pada Senin 9 April 2018 waktu setempat.
Alumni Harvard University itu juga menyampaikan bahwa perusahaannya tidak cukup melindungi informasi para pengguna dan menjaga keberlangsungan demokrasi.
"Jelas bahwa kami tidak melakukan langkah dan mekanisme yang cukup untuk mencegah hal-hal semacam itu digunakan untuk maksud yang berbahaya, mencakup berita palsu, campur tangan asing dalam pemilu, pidato kebencian, dan privasi data," lanjut Zuckerberg.
"Kami tak berpandangan luas tentang tanggung jawab kami, dan itu adalah kesalahan yang sangat besar," tambah sang CEO Facebook.
Sekitar 87 juta akun pengguna Facebook menjadi korban eksploitasi data yang dilakukan oleh firma 'Big Data' asal Inggris, Cambridge Analytica.
Facebook dituduh membiarkan -- bahkan dituding dengan sengaja mengizinkan serta memfasilitasi -- eksploitasi data yang dilakukan oleh Cambridge Analytica.
Firma itu kemudian mengolah dan menganalisis data tersebut demi keuntungan klien mereka -- termasuk mempengaruhi Pilpres AS 2016 yang berujung pada kemenangan Donald Trump sebagai presiden, pencemaran Kandidat Presiden AS Hillary Clinton, dan animo referendum rakyat Inggris yang berujung pada keluarnya Inggris dari Uni Eropa alias Brexit.
Mark Zuckerberg, dalam testimoninya, juga memintaa maaf karena "Terlalu lama mendeteksi dan bertindak atas campur tangan Rusia" dalam Pilpres AS 2016. Facebook dituduh menjadi platform media sosial yang digunakan oleh entitas Rusia guna mencampuri dinamika pemilu dua tahun lalu -- yang populer disebut dengan nama 'Russian Meddling'.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa para aktor jahat telah menggunakan jaringan terkoordinasi dari akun palsu untuk ikut campur dalam pemilihan; mempromosikan atau menyerang calon tertentu, menciptakan ketidakpercayaan dalam institusi politik, atau hanya menyebarkan kebingungan. Beberapa aktor buruk ini juga menggunakan alat iklan kami," kata Zuckerberg.
Dalam beberapa bulan terakhir Facebook telah mengumumkan beberapa langkah yang ditujukan untuk meningkatkan privasi dan transparansi para penggunanya di sekitar iklan politik yang terpampang di dalam media sosial tersebut.
Facebook juga mengatakan pada hari Senin akan memberikan akses kepada para peneliti akademis tertentu untuk perangkat data yang dilindungi privasi.
Para periset akan mempelajari peran media sosial dalam pemilu, sebagai bagian dari inisiatif baru dengan organisasi nirlaba termasuk, Knight Foundation, Democracy Fund dan the Laura and John Arnold Foundation.
Saat ini, Facebook tengah menghadapi berbagai pemeriksaan di Inggris, AS, dan Kanada. Beberapa negara lain juga tengah meninjau seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh skandal Facebook - Cambridge Analytica.
Di sisi lain, dalam testimoninya, Zuckerberg mengatakan bahwa ia dan perusahaannya berkomitmen untuk bekerja dengan anggota parlemen dan menjaga proses demokrasi.


 

Rate it :

Pembocor Skandal Cambridge Analytica Gaungkan Petisi 'Robohkan' Facebook


Pembocor Skandal Cambridge Analytica Gaungkan Petisi 'Robohkan' Facebook


Skandal penyalahgunaan data Facebook oleh Cambridge Analytica masih terus berlanjut. Sejumlah pihak mulai mengambil sikap dan terang-terangan menentang raksasa media sosial tersebut.
Salah satunya adalah Britany Kaiser yang pernah bekerja di SCL Group, induk perusahaan Cambridge Analytica. Kaiser sendiri termasuk sebagai whistleblower (pembocor skandal) dari kasus penyalahgunaan tersebut.
Kini, ia membuat sebuah petisi yang ditujukan pada Facebook. Dalam petisi tersebut, ia menuntut Facebook mengubah aturan dalam platformnya dan memberikan akses pada pengguna untuk mengontrol data miliknya.
Facebook media sosial Mark Zuckerberg, bersama dengan platform digital lain dan agregator big data, telah menghasilkan (uang) miliaran dari data kita--tapi tak bisa menjamin keamanannya," tulis Kaiser, seperti dikutip dari situs Change.org, Kamis (26/4/2018).
Ia menulis, Facebook sudah mengumpulkan data pengguna, mulai dari informasi mengenai pengguna, lingkaran pertemanan, hingga cara pandang pengguna. Lalu, data itu dipakai untuk menjual sejumlah barang pada pengguna, mulai dari farmasi hingga kampanye politik.
"Kita baru menyadari kabar buruknya, kita adalah produk yang mereka jual. Data kita telah dibongkar tanpa sadar," tuturnya.
Karena itu, ia mengajak banyak pihak untuk menandatangani petisi yang sedang digaungkannya. Dalam petisi itu, ia meminta Facebook memperbarui persyaratan di platform miliknya pada 30 April 2018. Lebih lanjut ia meminta data penting kembali diserahkan pada pengguna dan dibuat aturan yang lebih sederhana.
Berdasarkan pantuan Tekno Liputan6.com, sudah ada sekitar 154 ribu orang yang menandatangani petisi terhadap Facebook ini. Adapun target awal dari petisi sebanyak 200 ribu tanda tangan.
"Ini waktunya (kita) memiliki data kita sendiri. Ini merupakan hak asasi. Kita harus mampu menentukan seperti apa data kita digunakan," tulisnya. Bagi kamu yang tertarik berpartisipasi dapat membuka tautan ini.

Adapun sosok yang berada di pusaran masalah ini Aleksandr Kogan ternyata tak merasa melakukan kesalahan. Pernyataan tersebut keluar dari mulut Kogan dalam acara televisi 60 Minutes CBS.
"Pada saat itu, saya berpikir apa yang kami lakukan benar. Saya pikir semuanya baik-baik saja," tutur Kogan, seperti dikutip dari Phone Arena.
Kogan melalui perusahaannya, menggunakan aplikasi bernama "This Is Your Digital Life" untuk mengumpulkan data para pengguna Facebook.
Kemudian, data tersebut dijual kepada Cambridge Analytica senilai US$ 800 ribu, tapi mengaku secara pribadi tidak mendapatkan sepeser pun dari perusahaannya.
Dikutip dari CBS News, dijelaskan Kogan, orang-orang harus mendaftar terlebih dahulu untuk ikut dalam studi yang dilakukan melalui aplikasi tersebut.
Ketika mereka mendaftar untuk ikut dalam studi tersebut, perusahaan Kogan akan memberikan sebuah survei.
"Dan dalam survei itu, kami hanya memerlukan tombol login Facebook. Mereka akan mengklik tombol tersebut, memberikan kita otorisasi. Lalu kami mendapatkan data mereka," jelasnya.
Otorisasi yang dimaksud Kogan, yaitu untuk mengambil data tertentu seperti lokasi, jenis kelamin, ulang tahun, Page yang disukai, termasuk informasi serupa milik teman-teman mereka. Menurutnya, developer tidak memerlukan izin khusus untuk melakukan tindakan semacam itu.
"Ini terlihat gila. Namun, ini adalah fitur inti dari platform Facebook selama bertahun-tahun. Ini bukan izin khusus yang harus Anda dapatkan. Ini hanya sesuatu yang tersedia untuk siapa pun yang menginginkannya sebagai developer," ungkap Kogan.
Menurut Kogan, puluhan ribu developer di Facebook juga melakukan hal seperti yang dilakukannya. Facebook, katanya, mengetahui dengan jelas hal tersebut. "Tentu mereka tahu. Ini adalah fitur, bukan sebuah bug," katanya.
Menurut penjelasan mantan karyawan Facebook, Sandy Parakilas, fitur yang dimaksud Kogan adalah "friend permissions".
Ketika seorang pengguna memberikan izin kepada sebuah aplikasi agar bisa mendapatkan data mereka, maka kemungkinan besar data temannya pun akan ikut diambil.
"Cara kerjanya adalah jika Anda menggunakan sebuah aplikasi dan saya teman Anda, aplikasi seakan mengatakan 'Hey, Lesley, kami ingin mendapatkan data Anda untuk digunakan di dalam aplikasi ini, dan kami juga menginginkan data teman-teman Anda'. Jika Anda mengatakan, 'Saya akan memberikan izin,' maka aplikasi itu akan mendapatkan data milik saya juga," tutur Parakilas.
(Dam/Isk)
source : "https://www.liputan6.com/tekno/read/3491396/pembocor-skandal-cambridge-analytica-gaungkan-petisi-robohkan-facebook?HouseAds&campaign=Facebook_Tekno_STM"
Rate it :
 

Latest in Sports

TOP
Copyright © 2014. World global News and local news - All Rights Reserved
Template Created by ThemeXpose